Jumat, 29 Oktober 2021

Webinar Seminar Nasional Peran Pendidikan Bagi Kesuksesan SDGs

 


Webinar Seminar Nasional Peran Pendidikan Bagi Kesuksesan SDGs 

Sabtu Tanggal 30 Oktober 2021

 

PERAN PENDIDIKAN BAGI

KESUKSESAN SDGs

DISAMPAIKAN OLEH:

CHRISTINA ISMANIATI

FIP-UNY
LPMPP-UNY 

Materi Pertama Lengkapnya Klik File DOWNLOAD

Materi Kedua Lengkapnya Klik File DOWNLOAD

 Materi KeTiga Lengkapnya Klik File DOWNLOAD

 

SDGs BIDANG 4: PENDIDIKAN BERMUTU

 Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan suatu rencana
aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk
Indonesia, guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan
dan melindungi lingkungan.

 SDGs berisi 17 Tujuan dan 169 Target yang diharapkan dapat
dicapai pada tahun 2030.

 Tujuan SDGs ke-4 terkait pewujudan Pendidikan Bermutu adalah
memastikan pendidikan yang inklusif dan berkualitas setara, juga
mendukung kesempatan belajar seumur hidup bagi semua.

 

PENDIDIKAN YANG BERKUALITAS:




HASIL

 Terdapat hubungan antara kualitas proses dengan kualitas hasil
pendidikan.
 Hasil pendidikan yang berkualitas secara umum adalah
berkembangnya potensi anak sebagai peserta didik secara optimal,
anak menunjukkan diri sebagai manusia yang:
1. Memiliki iman yang kuat dan bertakwa kepada Tuhan YME serta
berakhlak mulia.
2. Berilmu, cakap, kritis, dan kreatif dalam berfikir dan pemecahan
masalah, serta
3. Sehat jasmani & rohani dan berkarakter kuat menjadi warganegara
yang demokratis dan bertanggungjawab.
























Jumat, 15 Oktober 2021

Webinar "Nilai-nilai Ideologi Pancasila dan Wawasan Kebangsaan"


Materi web binar

Jum'at, 15  Oktober 2021

Materi Pertama 

Jumeri, S.TP., M.Si. 

Direktur Jenderal PAUD, Dikdas, dan Dikmen


Link Materi PERTAMA KLIK DOWNLOAD

“Sistem pendidikan nasional harus mengedepankan nilai-nilai Ketuhanan, yang berkarakter kuat dan berakhlak mulia, serta unggul dalam inovasi dan teknologi.”



Definisi & Tujuan Penguatan Pendidikan Karakter 4 

 Membangun dan membekali Peserta Didik sebagai generasi emas Indonesia Tahun 2045 guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan; 

 Mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan pendidikan karakter sebagai jiwa utama dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia; 

 Merevitalisasi dan memperkuat potensi dan kompetensi ekosistem pendidikan. Tujuan Gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati (etik), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi), dan olah raga (kinestetik) dengan dukungan pelibatan publik dan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Penguatan Pendidikan Karakter yang disingkat PPK juga merupakan bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) 


Konsep Dasar Penguatan Pendidikan Karakter Menuju Pelajar Pancasila

Penguatan Pendidikan Karakter memperoleh penekanan kembali oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim dalam bentuk profil Pelajar Pancasila yang diluncurkan pada pada tahun 2020.


 Keteladanan & Pembiasaan 

Pengembangan potensi melalui keteladanan dan pembiasaan sepanjang waktu dalam kehidupan sehari-hari

Membangun Generasi Emas 2045 

yang dibekali Keterampilan Abad 21 


Kualitas Karakter Bagaimana siswa beradaptasi pada lingkungan yang dinamis Literasi Dasar Bagaimana siswa menerapkan keterampilan dasar sehari-hari Kompetensi Bagaimana siswa memecahkan masalah kompleks • Religiositas • Nasionalisme • Kemandirian • Gotong royong • Integritas • Literasi bahasa • Literasi numerasi • Literasi sains • Literasi digital • Literasi finansial • Literasi budaya dan kewarganegaraan • Berpikir kritis • Kreativitas • Komunikasi • Kolaborasi • Kewirausahaan


Asistensi Pendidikan Pancasila dan Bela Negara 

 Bela negara adalah bentuk kecintaan kepada negara kesatuan republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pembelaan negara bukan semata-mata tugas Tentara Nasional Indonesia (TNI), tetapi segenap warga negara sesuai kemampuan dan profesinya 

 Bela negara jika secara fisik dilakukan dengan mengangkat senjata menghadapi serangan atau agresi musuh, secara non-fisik dapat didefinisikan sebagai segala upaya untuk mempertahankan Negara dengan cara meningkatkan rasa nasionalisme, yakni menanamkan kecintaan terhadap tanah air, serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara


Pelajar Pancasila bisa menjadi agen perubahan yang membawa perubahan positif di lingkungan sekolah. Bersama-sama dengan perangkat sekolah, Pelajar Pancasila menciptakan lingkungan sekolah menjadi rumah kedua yang bebas dari radikalisme, intoleransi, kekerasan dan narkoba



Materi Kedua

KPAI

Biodata Singkat Presentator • Nama : Retno Listyarti, S.Pd, M.Si • 

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta/24 Mei 1970 • 

Jabatan : Komisioner Bidang Pendidikan & Kepala Divisi Mediasi • 

Instansi : Komisi Perlindungan Anak Indonesia • 

Pendidikan : - S1 IKIP Jakarta (1994) - S2 Universitas Indonesia (2007) • 

Riwayat Jabatan : - Pendidik (1994 – 2014) - Kepala Sekolah (2014 – 2015)

Link Materi KEDUA DOWNLOAD


Tantangan Dalam Membangun Wawasan Kebangsaan

 Tingginya angka perundungan/kekerasan baik fisik, psikis maupun seksual di satuan pendidikan. Data KPAI menujukkan angka fluktuatif dan di masa pandemi pembullyan berpindah ke dunia maya; 

 Pembelajaran di kelas yang tidak terbuka terhadap pergulatan pendapat & cara pandang; 

 Pembelajarannya tidak didisain menghargai perbedaan; 

 Para siswa dan guru terjebak pada “intoleransi pasif”, yaitu perasaan dan sikap tidak menghargai akan perbedaan (suku, agama, ras, kelas sosial, pandangan kegamaan dan pandangan politik), walaupun belum berujung tindakan kekerasan. Namun, bisa terlihat dari postingan di media sosial mereka. 

sikap siswa yang terbuka terhadap praktik intoleransi mulai berkembang di kelas ketika diajar oleh guru yang membawa pandangan politik pribadinya ke dalam kelas. 

  masuknya bibit radikalisme ke sekolah karena sekolah cenderung tidak memperhatikan secara khusus dan ketat perihal kegiatan kesiswaan, apalagi terkait keagamaan. 

  Ditambah intervensi alumni dan pemateri yang diambil dari luar sekolah tanpa screening oleh guru atau kepala sekolah. 

  Masuknya pemikiran yang membahayakan kebinekaan ini bisa dari alumni melalui organisasi sekolah atau ekstrakurikuler, pemateri kegiatan kesiswaan yang bersifat rutin (sepeti mentoring dan kajian terbatas).


Hasil Pengawasan KPAI 

 • Masih banyak satuan pendidikan yang belum memiliki guru agama yang lengkap untuk semua agama; • Masih ada sejumlah satuan pendidikan yang belum menyediakan ruang kelas bagi pembelajaran agama yang minoritas sehingga proses belajar berpindah-pindah dari ruang perpustakaan, ruang laboratorium bahkan di selasar kelas; 

 • Ditemukan sejumlah kasus penilaian hasil belajar yang mempermasalah agama yang dianut oleh peserta didik sehingga memunculkan perlakuan yang disriminatif; 

Kebijakan Sekolah Yang Berwawasan Kebangsaan 

• Sekolah berkehendak untuk mempromosikan relasi setara yang positif;

 • Sekolah mampu mendefinisikan dengan ringkas dan mudah di pahami mengenai definisi perundungan/bullying, pelecehan, dikriminasi,stereotipe, penajisan, pengkambinghitaman, dll;

 • Adanya deklarasi warga sekolah terkait pengakuan dan penghargaan terhadap hak asasi individu, harkat dan martabat kemanusiaan 

• Sistem pengaduan yang dibangun sekolah untuk menghadapi masalahmasalah perundungan, pelecehan dan kekerasan lainnya; 

 • Sekolah memiliki rencana untuk mengevaluasi kebijakan sekolah di masa mendatang 


Membangun Budaya ramah anak, penghargaan atas harkat dan martabat manusia di sekolah Sekolah harus menciptakan sebuah lingkungan yang memiliki ciri: 

 1. Kehangatan, minat minat positif, dan ada keterlibatan orang-orang dewasa; 

 2. Memiliki batas batas yang tegas dari perilaku yg tdk diterima; 

 3. Jika ada pelanggaran aturan, ada sanksi sanksi yang tidak kejam serta bersifat non fisik yg diterapkan secara konsisten; 

 4. Perlunya kelas parenting agar orangtua di rumah memiliki pola pengasuhan yg positif, sejalan dengan pola disiplin positif di sekolah 


Strategi Pemecahan Masalah Berupa Opsi Kebijakan 

• Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah harus memastikan setiap satuan pendidikan di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan menyediakan tempat pembelajaran agama untuk semua agama peserta didik dan diajar oleh pendidik yang seagama; 

• Memastikan bahwa setiap satuan pendidikan menyediakan tempat dan kesempatan kepada peserta didik untuk melaksanakan ibadah berdasarkan ketentuan agama yang dianut oleh peserta didik. 

• Kemendikbudristek harus menguatkan sosialisasi ke jajarannya, para guru dan para birokrat pendidikan terkait Permendikbud No. 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di satuan pendidikan ternyata belum dipahami oleh para pendidik maupun para birokrat pendidikan, padahal isi Permendikbud ini sangat rinci dalam mendefiniskan jenis-jenis kekerasan dan sanksinya, upaya pencegahan dan penanganan kekerasannya jelas.


Strategi Pemecahan Masalah Berupa Opsi Kebijakan 

• Penguatan nilai-nilai hak asasi manusia, toleransi dan persfektif perlindungan anak perlu dan penting terus menerus dilakukan di kalangan pendidik, bahkan mulai dari jenjang Perguruan tinggi atau kampus kampus keguruan; 

• Berbagai pelatihan diarahkan untuk membangun mindset para pendidik untuk menyemai nilai-nilai keragaman dan 

Steps to Respect

 • Mengumpulkan informasi mengenai perundungan dan diskriminasi, prasangka, penajisan di sekolah secara langsung dari para siswa;

 • Menetapkan aturan-aturan yang jelas dan tegas mengenai segala bentuk perundungan dan diskriminasi di lingkungan sekolah;

 • Melatih semua orang dewasa di sekolah untuk menanggapi segala bentuk perundungan dan diskriminasi secara peka dan konsisten; 

• Melakukan pengawasan yang dilakukan orang dewasa secara memadai, khususnya di wilayah seperti di lapangan, kantin dan media sosial; 

• Memperbaiki kesadaran dan keterlibatan orangtua dalam menangani permasalahan perundungan dan disriminasi 

Terimakasih














Rabu, 09 Juni 2021

Wawasan Kebangsaan


Wawasan Kebangsaan 
adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, mengutamakan kesatuan dan persatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Berikut PPT yang dapat disampaikan

DOWNLOAD





Sabtu, 22 Mei 2021

Profil Pelajar Pancasila

Adapun 6 Ciri Profil Pancasila sebagai berikut:
Pelajar Pancasila

  1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia. Pelajar Pancasila haruslah berakhlak mulia. Pelajar Pancasila mengerti apa itu nilai spiritualitas, punya rasa cinta kepada agama, manusia, dan cinta kepada alam. Akhlak mulia ini bisa dilihat dari moralitas yang terpancar dari setiap pribadi Pelajar Pancasila. Akhlak mulia ini menjadi karakter yang sangat penting untuk dimiliki pelajar pancasila. Dengan akhlak yang mulia pelajar pancasila bisa berperilaku baik kepada masyarakat dan lingkungan disekitarnya.
  1. Berkebinekaan global. Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain, menghormati keberagaman. Kebhinekaan global adalah toleransi terhadap perbedaan. Dengan kebhinnekaan global, Pelajar Pancasila bisa menerima perbedaan, tanpa rasa judgement, tanpa menghakimi, dan tidak merasa dirinya atau kelompoknya dia lebih baik dari kelompok lain. Kebhinnekaan global menjadi hal yang penting dan harus menjadi aspirasi sistem pendidikan. Pelajar pancasila akan bersaing di masa kini dan masa depan karena Mereka tidak hanya bersaing di panggung Indonesia, melainkan juga panggung dunia.
  1. Gotong royong. Pelajar Pancasila harus tahu cara berkolaborasi dan bekerjasama dengan  sesama, Gotong royong setiap individu untuk ikut terlibat dalam memberi nilai tambah atau positif kepada setiap obyek, permasalahan, atau kebutuhan orang banyak di sekelingnya, Sebagai negara Pancasila, keberagaman bukanlah penghalang untuk bisa masuk ke dalam mewujudkan Indonesia yang lebih baik karena gotong royong muncul dalam kehidupan sehari-hari seiring dengan timbulnya semangat kebersamaan, tidak ada paksaan, atau muncul karena kesadaran dan tanggung jawab yang tinggi melalui rasa memiliki.
  1. Mandiri. Pelajar  yang mandiri memiliki etos kerja yang baik, tangguh, berdaya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat, dan juga mampu mermotivasi untuk meningkatkan kemampuanya.  Selalu percaya diri giat dan aktif dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Contohnya aktif ke perpustakaan atau secara online mencari sumber sumber belajar.
  1. Bernalar kritis. Pelajar Pancasila mampu menyelesaiakan masalah dengan berfikir rasional, mampu menciptakan hal-hal yang baru. Berpikir kritis merupakan sebuah proses di mana pelajar harus membuat penilaian yang masuk akal, logis, dan dipikirkan secara matang. Sebagai contoh saat mengikuti kegiatan karya ilmiah dituntut untuk Berpikir kritis diperlukan dalam rangka memecahkan suatu permasalahan sehingga diperoleh keputusan yang cepat dan tepat.
  1. Kreatif. Pelajar Pancasila harus mengikuti perkembangan zaman selain kita dituntut untuk adaptif kita juga harus imbangi dengan kreatif. Dengan kreatif kita tidak hanya akan menjadi  menjadi pelajar yang adaftif, tetapi aktif dalam menciptakan inovasi-inovasi yang baru






 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls